Sabtu, 03 Oktober 2009

Petualangan ke Solo - 3 Oktober 2009

Langsung aja ya! Setelah pusing dan mual mencium bau formalin dari kadaver-kadaver saat tentiran anatomi yang berjudul "Myologi: Upper Limb", saya dan kawan-kawan kelompok tutorial 17 berpikir untuk pergi meluangkan waktu ke suatu tempat. Nah, kebetulan ada teman saya, Nafsa yang asli Solo, dia berminat untuk pulang siang itu juga. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Solo siang itu, dengan menggunakan kereta api.

Jadi, yang berangkat cuma 5 orang. Saya sendiri, lalu ada Bagas, terus Nafsa yang asli Solo, ada Lusy dari Riau, juga Farida yang asli Jogja. Lusy sungguh ingin pergi, karena dia mengakui bahwa dia belum pernah naik kereta api! Hahaha...dan akhirnya kami pun berangkat dari kampus Fakultas Kedokteran UGM tercinta menuju Stasiun Lempuyangan (tentunya saya pulang dulu, menukar tas ransel yang berisi Sobotta 2 jilid dengan tas kamera saya!).

Sesampai di stasiun, dan memarkir motor di tempat yang telah disediakan, kami membeli tiket kereta api Prambanan Ekspress (atau lebih populer dengan singkatan Prameks) seharga delapan ribu rupiah saja. Wah, ke luar kota cuma delapan ribu! hal yang langka ditemukan di Jakarta! Hahaha...

Setelah menunggu kurang lebih 6menit, keretanya datang. Keretanya sejenis dengan KRL di Jakarta, tapi lebih sepi. Kami naik, tapi saya dan Bagas gak dapet tempat duduk. Nafsa biasa naek Prameks, jadi dia selalu siap sedia koran bekasi untuk duduk menghampar di lantai. Perjalanan pun dimulai. Beberapa menit setelah perjalanan, kereta kami berpapasan dengan kereta lain.Lusy yang belum pernah naik kerta, mukanya langsung pucat mendengar hempasan suara itu. Hahaha. Kami hanya bisa tertawa melihat dia dan meledeknya lewat komentar statusnya di FB.

Setelah 50 menit perjalanan, kami sampai di stasiun Purwosari. Kami pun turun. Akhirnya kami naik bus Damri untuk menuju Pasar Klewer. Saat melintasi Jl. Slamet Riyadi Solo, saya melihat sebuah baliho yang bertuliskan "Kirab Batik Solo, 3 Oktober 2009, 15.30 WIB". Wah, sungguh beruntung saya pikir. Apalagi saya bawa senjata pemungkas saya (kamera, Red). Asik. Cari foto bagus, terus kirim ke lomba atau majalah. Yeey!

Setelah berhenti di depan LP, kami turun. Pertama turun si Bagas, lalu saya, lalu Nafsa. Lusy turun, tapi kayaknya roknya keinjek Farida, dan dia jatuh! Disaat orang-orang ramai-ramai menyelamatkan Lusy, Bagas malah menyelamatkan HPnya Lusy. Hahaha... Dan akhirnya Nafsa menawarkan kami ke rumah buliknya, minta hansaplast buat Lusy. Dan kami pun dijamu disana. Lumayan, menghilangkan dahaga dan mengganjal perut. Tapi Farida dan Nafsa lagi puasa. Ya sudah, Bagas menghabiskan sepiring Lotis, saya menghabiskan sepotong semangka,dan beberapa kue kering.

Setalah dari rumah buliknya Nafsa, kami ke Pasar Klewer, menemui ibunya Nafsa (kayaknya di seluruh penjuru Klewer ada keluarganya Nafsa). Karena kepanasan dan sumpek, saya dan kawan-kawan akhirnya memutuskan untuk sholat dulu di Mesjid Agung. Ada yang aneh, katanya masjid antik, tapi ke-antik-kannya tidak dijaga, malah jadi kayak masjid baru. Walaupun memang bagus dalamnya.

Setelah sholat, kami kembali ke Klewer, untuk makan siang. Tuan rumah menyarankan kami mencicipi Bakso Klewer yang katanya legendaris itu (sebenernya saya pengennya Bakso Cinta-nya Khairul Azzam, sayang gak ada di dunia nyata). Yah, walaupun saya tidak terlalu suka dengan bulatan-bulatan daging itu, namun kami memang cukup terhenyak ketika membayar, karena harganya sepuluh ribu rupiah saja semangkok. Hahaha.

Habis makan? Keringatan. Di Pasar Klewer, sumpek. Dan baju saya pun basah. Akhirnya karena 2 mbak-mbak itu sedang memilih-milih batik untuk dibeli, saya dan Bagas pergi keluar untuk jalan-jalan ke Alun-alun. Setelah itu, sholat ashar di Masjid Agung.

Setelah sholat, kami ingin menyaksikan Kirab Batik Solo. Memang, di sekitar Jl. Slamet Riyadi, sudah banyak orang berkumpul. Bahkan seperti lautan manusia (kalo gak percaya, lihat album foto saya di FB). Nah, kami sampai di sana pukul 15.45, dimana mbak-mbak ini ingin kembali naik kereta Prameks pukul 16.20. Setelah berdebat panjang (dan kebingungan), akhirnya saya mengalah dan manut saja, walaupun tidak menyaksikan iring-iringan karnival tersebut. Ya sudah, kami lari (ya, lari) ke arah selatan(dimana jalan tidak diblokir), menunggu taksi untuk mengantar kami ke Stasiun Purwosari. Karena gak ada taksi, kami beruntung bertemu dengan supir angkot yang baik hari, rela mengebut demi mengantar kami ke Stasiun. Malah katanya, abis kami turun(oh iya, Nafsa tinggal), angkotnya mogok setelah diporsir untuk ngebut. Hahaha... Setelah turun, kami berlari lagi ke arah stasiun, dan beli tiket kereta. Untungnya tetep dapet kereta, jadi sakit hati saya cuman satu. Gak nonton kirab dan motoin. Hahaha.

Yeah, perjalanan yang menyenangkan!